InterManager, asosiasi niaga internasional manajer kapal, memusatkan perhatiannya pada dua area kunci yang dapat memberikan keuntungan signifikan bagi industry pelayaran.

Urutan pertama dalam daftar prioritas adalah sebuah penyelidikan atas tingkat pengawakan minimum untuk jenis-jenis kapal yang berbeda yang beroperasi di rute pelayaran dan membawa muatan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menemukan kapan dan bagaimana kebutuhan ini perlu dikaji ulan, memahami dengan lebih baik kaitannya dengan keselamatan dan efisiensi dan membahasnya pada tingkat negara bendera untuk memperhatikan jumlah jam istirahat yang diperlukan sebagaimana ditetapkan dalam Maritime Labour Convention (MLC), demikian asosiasi tersebut mengatakan.

Peraturan yang sekarang berlaku menetapkan jumlah minimum personil yang diperlukan untuk menggerakan kapal dengan aman dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya.

“InterManager peduli, bagaimanapun juga, bahwa aturan ini tidak hanya berarti menentukan jumlah awak yang lengkap tapi juga ditujukan sebagai sebuah mekanisme untuk meningkatkan status operasional secara keseluruhan. Dihadapkan pada kenyataan pengoperasian kapal saat ini, yang terjadi adalah bukan yang semestinya diharapkan,” kata InterManager.

Komite Eksekutif InterManager sepakat untuk terlibat bersama pada pemangku kepentingan industri pelayaran untuk mempertimbangkan cara terbaik untuk menjamin kelangsungan tingkat pengawakan minimum yang aman, memperhatikan kondisi pengoperasian kapal terkini dan lingkup peraturan, kelelahan administratif di atas kapal dan masalah kelelahan.

”Presiden InterManager Gerardo Borromeo mengatakan,”Sebagai contoh, sebuah VLCC yang berlabuh tujuh kali tiap tahunnya mungkin memiliki tingkat pengawakan minimum 18, tetapi kapal tanker kimia yang lebih kecil, yang berlabuh lebih 100 kali dalam periode yang sama mungkin membutuhkan jumlah awak kapal lengkap yang lebih sedikit, katakanlah 12. Ini menjadikan implikasi yang perlu diperhatikan ketika Anda memperhitungkan jumlah pelabuhan yang mungkin didatangi kapal tersebut dalam periode waktu yang sangat singkat.”

“Kami ingin negara bendera memperhatikan masing-masing tipe kapal, muatan yang dibawa dan perjalanan yang dilewati dan menetukan dan menyetujui peraturan untuk menjamin bahwa akan selalu ada jumlah orang yang cukup di atas kapal untuk mengoperasikannya dengan aman dengan tetap memperhatikan jumlah istirahat yang diperlukan. Kami, tentu saja, harus realistis dalam mendekati masalah ini karena ini melibatkan bukan hanya keselamatan dan efisiensi, tapi juga aspek ekonomi. Pada akhirnya nanti, InterManager perlu untuk mendorong solusi berkelanjugan yang menguntungkan seluruh industry dan masyarakat luas.”

Area kedua yang ingin dikaji ulang oleh InterManager adalah masalah “kapal tanpa kertas” dan tengah mengupakayan menyusun petunjuk yang bertujuan mengurangi jumlah pekerjaan tulis-menulis yang harus dilakukan para perwira kapal dan awaknya ketika berada di laut.

Menurut Borromeo, beban tugas-tugas administrative yang dibebankan kepada para pelaut adalah signifikan dalan industri pelayaran saat ini.

“Survey yang dilakukan industry mengindikasikan bahwa jumlah birokrasi adalah salah satu faktor yang secara negatif mempengaruhi rekruitmen. InterManager bertujuan untuk memperbaiki situasi ini bukan hanya bagi pelaut saat ini tapi juga yang akan datang,” tambahnya.

hese new projects follow confirmation this week that InterManager has achieved its pre-set aim of delivering a comparable set of operational KPIs to the shipping industry as a whole by passing over ownership of the scheme to BIMCO. Proyek baru ini mengikuti konfirmasi minggu ini bahwa InterManager telah mencapai tujuan yang ditetapkannya untuk menghasilkan perangkat perbandingan KPI operasional kepada industry pelayaran secara keseluruhan dengan menyerahkan skema bagi pemilik kapal kepada BIMCO. **

 

Sumber: diolah dari www.worldmaritimenews.com