Jumlah korban jiwa akibat kecelakaan ferry di Asia Tenggara yang tercatat belakangan ini tidak bisa diterima untuk abad 21 ini, kata Kepala Layanan Informasi Publik International Maritime Organization, Lee Adamson ketika berbicara kepada Radio PBB.

Hampir semua kawasan di Asia Tenggara ditandai dengan negara-negara kepulauan, karena itu kapal ferry sangat vital dalam menjembatani transportasi penumpang dan perdangan, kata Adamson ketika berbicara Konferensi Keselamatan Kapal Ferry IMO yang digelar di Philipina tanggal 24 April lalu.

Di Asia Tenggara saja sepanjang 2013 hampir satu miliar penumpang melakukan perjalanan, demikian menurut angka yang dikeluarkan lembaga yang terkait industri ini, Inteferry.

Keselamatan kapal ferry telah beberapak kali menjadi isu utama di wilayah ini karena telah merenggut korban ribuan jiwa.

Sejak tahun 2000, telah terjadi 163 kecelakaan yang menelan korban lebih dari 17.000 jiwa, yang sebagian besar merupakan warga setempat. Separuh dari korban tewas itu berasal dari kecelakaan di China, Philipina, Indonesia, dan Bangladesh, kata Adamson.

Isu panas ini, menurut penjelasan Adamson, terjadi dalam lingkungan yang pelayaran telah menjadi jauh lebih aman di bawah regulasi dan aturan yang diadopsi oleh International Maritime Organization.

Karena itu Asia Tenggara perlu belajar dari pengalaman kawasan lain yang mengoperasikan layanan kapal ferry seperti di AS, Mediterania, dan Skandinavia untuk meningkatkan standar keselamatan, Adamson menambahkan. **

 

Sumber: diolah dari www.worldmaritimenews.com